Kehadiran Diatonis di Kota Surakarta
Sejarah Masuknya Musik Barat di Kota Surakarta
Sejarah musik barat di kota Surakarta memiliki akar yang dalam dan kaya akan peristiwa sejarah yang menarik. Musik barat pertama kali masuk ke kota Surakarta pada masa kolonial Belanda, namun pengaruhnya semakin berkembang seiring dengan perubahan sosial dan politik yang terjadi di kota ini. Dalam artikel ini, akan dibahas secara mendalam mengenai sejarah masuknya musik barat di kota Surakarta, mulai dari awal mula berkaitan dengan Keraton Kasunanan Surakarta hingga perkembangannya hingga saat ini.
Sejarah Awal Masuknya Musik Barat di Kota Surakarta
Pada awalnya, musik barat masuk ke kota Surakarta melalui hubungan dagang dan politik dengan Belanda. Pada masa kolonial, Belanda membawa budaya barat ke wilayah jajahannya, termasuk di kota Surakarta. Musik barat mulai diperkenalkan melalui pertunjukan-pertunjukan musik dan opera yang diselenggarakan oleh para penjajah Belanda. Pengaruh musik barat juga mulai terlihat dalam gaya arsitektur dan seni rupa di kota Surakarta pada masa itu.
Keraton Kasunanan Surakarta juga turut memainkan peran penting dalam penyebaran musik barat di kota ini. Para bangsawan dan pejabat keraton sering kali berinteraksi dengan para penjajah Belanda, sehingga mereka menjadi terpapar dengan budaya barat termasuk musiknya. Hal ini menyebabkan adopsi unsur-unsur musik barat ke dalam seni pertunjukan tradisional Jawa yang ada di keraton, seperti wayang orang dan tari-tarian.
Perkembangan Musik Barat di Kota Surakarta
Seiring dengan berjalannya waktu, pengaruh musik barat semakin terasa di kota Surakarta. Pada masa kemerdekaan Indonesia, terutama pasca kemerdekaan, musik barat semakin merambah ke berbagai lapisan masyarakat. Para pemuda Surakarta mulai tertarik untuk belajar memainkan alat musik barat seperti biola, piano, dan gitar. Hal ini juga didorong oleh adanya pendidikan formal mengenai musik barat yang mulai diperkenalkan di kota ini.
Pengaruh musik barat juga terlihat dalam perkembangan industri musik di kota Surakarta. Banyak grup musik lokal yang mulai mengadopsi genre dan gaya musik barat ke dalam karyanya. Hal ini juga turut mendukung perkembangan industri hiburan di kota ini, dengan semakin banyaknya konser-konser musik barat yang diselenggarakan di berbagai tempat di Surakarta.
Daftar Pustaka:
1. Sumarsam. (1995). Gamelan: Cultural Interaction and Musical Development in Central Java. University of Chicago Press.
2. Kartomi, M. J., & Blaszczyk, R. L. (2016). Bodily Expression in Electronic Music: Perspectives on Reclaiming Performativity. Routledge.
3. Hood, M. (1982). The Nuclear Theme as a Determinant of Patet in Javanese Music. Ethnomusicology, 26(2), 217-245.
4. Van Zanten, W. (2004). Javanese Gamelan and the West. Leiden: Brill.
5. Kartomi, M. J., & Lindsay, J. (1992). Music in the Indonesian Archipelago: From the Beginnings to the 16th Century. Oxford University Press.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa masuknya musik barat di kota Surakarta memiliki sejarah yang panjang dan kompleks, yang melibatkan berbagai aspek budaya dan sejarah lokal. Pengaruh musik barat telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam perkembangan seni musik dan industri hiburan di kota ini, serta menjadi bagian integral dari kekayaan budaya Surakarta yang patut dilestarikan dan dikaji lebih lanjut.