Partnership dalam “One Love Manchester”


        

Manchester Arena menjadi saksi tragedi yang begitu mengenaskan di mana salah satu penyanyi internasional yaitu Ariana Grande sedang menggelar konser perdananya mendapat serangan bom sehingga mengakibatkan begitu banyak penonton serta penggemar yang menyaksikan konser tersebut terluka, diketahui terdapat 500 orang korban luka dan 22 korban meninggal dunia. Tepat 13 hari setelah kejadian tragedi tersebut pada 4 Juni 2017 diselenggarakan konser penggalangan dana diperuntukan bagi para korban. Pementasan konser amal bertajuk “One Love Manchester” digelar setelah serangan yang terjadi sebelumnya di Manchester, Inggris. Kegiatan ini bertransformasi menjadi malam ajang solidaritas, yang turut serta berperan sebagai penyembuhan luka dan kegembiraan bagi 55.000 orang penonton dan fans yang memadati lokasi. Pertunjukan yang menampilkan para musisi top dunia ini digelar untuk mengenang para korban serangan bom bunuh diri pada konser Ariana Grande di Manchester pada tanggal 22 Mei 2017 lalu. Konser ini dapat dibilang sebagai perhelatan musik terbesar sekaligus paling emosional, Ariana Grande-Butera menghadapi momen yang sangat menyedihkan. Ari tidak hanya sekadar mengungkapkan belasungkawa lewat kata-kata, tetapi melalui konser amal dengan menggaet sederet penyanyi papan atas.


Pergelaran konser Ariana Grande tersebut tak luput dari kolaborasi seni yang melibatkan begitu banyak artis top yang lain seperti Marcus Mumford, Take That, Robbie Williams, Pharrell Williams, Miley Cyrus, Niall Horan, Stevie Wonder, Little Mix, Victoria Monét, The Black Eyed Peas, Imogen Heap, Parrs Wood High School Choir, Mac Miller, Katy Perry, Justin Bieber, Coldplay dan Liam Gallagher mantan vokalis Oasis. Berdasarkan kolaborasi yang dibentuk oleh banyak artis diatas dalam manajemen seni erat kaitannya dengan partnership atau kemitraan yang menurut (McGuigan 2004, 41-50; Thomas et al. 2009) menyampaikan bahwa kemitraan merupakan perspektif baru dalam seni dan hubungan bisnis yang telah muncul selama sepuluh tahun terakhir. Dalam menghadapi kekurangan dalam pendanaan publik, ada harapan progresif bahwa institusi seni akan beroperasi lebih efisien dan memasukkan manajemen yang lebih berorientasi pasar. Hal tersebut sangat berkaitan dengan penyelenggaraan konser ini yang mempunyai tujuan untuk merealisasikan rasa empati yang dimiliki oleh Ariana Grande dan pihak manajemennya karena dampak dari pemboman lalu. Bentuk realisasinya juga dapat dilihat dari diberlakukannya bebas pungutan biaya tiket bagi penonton konser yang sudah membeli tiket pada konser 22 mei 2017 yang lalu, apabila merujuk pada (Thomas dkk. 2009, 740)dalam penelitian dari K. Lewandowska Market orientation does not mean to render arts organisations subordinate to free market rules, but rather to motivate them to understand the needs of its audiences and imply the idea of 'trust, commitment and shared beliefs and objectives' in relationships with their business partners. Dalam pemaparan tersebut disampaikan bahwa dalam orientasi pasar tidak berarti membuat organisasi seni tunduk pada aturan pasar bebas, melainkan memotivasi mereka untuk memahami kebutuhan audiensnya dan menyiratkan gagasan 'kepercayaan, komitmen, dan keyakinan serta tujuan bersama' dalam hubungan dengan mitra bisnis mereka. Berkaitan dengan partnership dalam penelitian K. Lewandowska juga menyampaikan pemaparan lain mengenai kemitraan yang merujuk pada (Fonfara, 1999) bahwa kemitraan adalah hubungan yang menyiratkan kombinasi sumber daya untuk memaksimalkan hasil, berbagi pengetahuan, dan, sebagai hasilnya, pengembangan kompetensi dan cara kerja yang lebih inovatif.



Melihat apa yang terjadi pada pergelaran konser One Love Manchester tersebut yang melibatkan banyak artis mencerminkan bagaimana suatu pengelolaan yang sistematis berjalan berdasarkan empati dan solidaritas yang besar dan itu lahir dari pribadi masing-masing pengisi acara itu. Dalam penelitiannya K. Lewandowska memaparkan bahwa secara garis besar kolaborasi antara seni dan bisnis, kemitraan dapat digambarkan secara singkat sebagai realisasi proyek bersama. Mitra dari kedua sektor terlibat dalam proyek seni atau pendidikan dan melakukan inisiatif yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Melihat pemaparan tersebut terdapat kesamaan dalam konser ini karena hasil dari acara tersebut disumbangkan untuk Dana Darurat We Love Manchester, suatu organisasi peduli masyarakat yang didirikan oleh Dewan Kota Manchester dan Palang Merah Inggris setelah pengeboman 22 Mei, yang menewaskan 22 penonton konser dan melukai lebih dari 500 orang. Menurut pemberitaan dari bbc.com dana tersebut akan disumbangkan untuk membantu para korban dan keluarganya dan pada hari konser itu juga Palang Merah Inggris melaporkan telah menerima sumbangan lebih dari £10 juta setara dengan 159 miliar rupiah dalam 12 jam setelah konser itu yang didapat dari donatur dengan cara mengirimkan pesan “LOVE” melalui ponsel masing-masing dan dikirmkan ke nomor 70507 khusus untuk wilayah Kerajaan Inggris yang dikoordinasi oleh redcross.org.uk/mobile.

Meskipun perbedaan zona waktu disetiap wilayahnya, jaringan dari setidaknya 50 negara menyiarkan konser secara langsung, yang secara bersamaan disiarkan langsung di berbagai platform, termasuk Twitter, Facebook, dan YouTube. Manchester Evening News melansir bahwa konser ini dinobatkan sebagai acara televisi yang paling banyak ditonton seluruh dunia. Tidak hanya itu saja, penjualan tiket pada konser ini terbilang cepat habis dengan harga tiket yaitu 40 poundsterling atau sekitar 680 ribu rupiah yang habis terjual hanya dalam waktu 6 menit saja. Melalui konser ini, Ariana Grande mendapat gelar Honorary Citizenship, yaitu gelar kehormatan yang diberikan suatu negara kepada warga negara lain yang dianggap memberikan sumbangsih besar kepada negara tersebut atau bahkan dunia.

Popular Posts